Rabu, 21 November 2012
MAKALAH ASUHAN PERSALINAN KALA I, II, III, DAN IV
KATA
PENGANTAR
Segala
puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt., karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk sederhana.
Atas
bantuan dan bimbingan semua pihak maka makalah ini dapat diselesaikan. Oleh
karena itu, patutlah kami menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak
Drs. Muh. Ishak, M.Pd selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia di Akbid
Bataritoja Watampone.
2. Orang
tua kami yang banyak memeberikan motifasi dan bantuan baik moril maupun materi,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
3. Teman-teman
yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, kami memohon maaf
jika ada kata-kata yang tidak berkenaan dihati pembaca. Serta masukan berupa
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan.
Semoga makalah
ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Watampone, November
2012
Tim Penyusun,
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
I. PENDAHULUAN 1
A. Latar
Belakang
1
B. Rumusan
Masalah 2
C. Tujuan
3
D. Manfaat
3
II. KERANGKA
TEORI
4
A. Kerangka
Pikir
4
III. METODOLOGI
6
A. Jenis
Tulisan
6
B. Objek
Tulisan
6
C. Teknik
Pengumpulan Data
6
IV. PEMBAHASAN 7
A. Konsep
Dasar Persalinan
7
B. Faktor
yang Memepengaruhi Persalinan
18
C. Asuhan
Persalinan Kala I, II, III, dan IV
26
V. PENUTUP
29
A. Kesimpulan 29
B. Saran
30
DAFTAR PUSTAKA 31
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Tingginya
kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak Negara berkembang terutama
disebabkan oleh perdarahan persalinan, eklamsia, sepsis, dan komplikasi
keguguran. Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut
sebenarnya dapat dicegah melalui upaya pencegahan yang efektif. Asuhan
kesehatan ibu selama dua dasawarsa terakhir terfokus kepada : keluarga
berencana untuk lebih mensejahterakan anggota masyarakat. Asuhan neonatal
trfokus untuk memantau perkembangan kehamilan mengenai gejala dan tanda bahaya,
menyediakan persalinan dan kesediaan menghadapi komplikasi. Asuhan pasca
keguguran untuk penatalaksaan gawat darurat keguguran dan komplikasinya serta
tanggap terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.
Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan kajian dan bukti ilmiah menunjukan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah kesakitan dan kematian. Penatalaksanaan komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan. Dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu perlu diantisipasi adanya keterbatasan kemampuan untuk menatalaksanakan komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan jenis komplikasi dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berada menurut derajat keadaan dan tempat terjadinya.
Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan kajian dan bukti ilmiah menunjukan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah kesakitan dan kematian. Penatalaksanaan komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan. Dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu perlu diantisipasi adanya keterbatasan kemampuan untuk menatalaksanakan komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan jenis komplikasi dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berada menurut derajat keadaan dan tempat terjadinya.
Persalinan saat ini menjadi momok yang ditakutkan
dikalangan ibu, khususnya ibu hamil. Tidak sedikit ibu dan bayinya mengalami
kegawatdaruratan dan sampai pada akhirnya tak dapat terselamatkan yang pada
akhirnya menyebabkan meningkatnya angak kematian ibu dan anak. Akan tetapi hal
tersebut dapat diminimalisir dengan asuhan persalinan.
Asuhan persalinan kala I, II, III, dan IV memegang kendali penting pada ibu
selama persalinan karena dapat membantu ibu dalam mempermudah proses
persalinan, membuat ibu lebih yakin untuk menjalani proses persalinan serta
untuk mendeteksi komplikasi yang mungkin terjadi selama persalinan dan
ketidaknormalan dalam proses persalinan. Untuk itu kami bermaksud membuat
makalah ini dengan tujuan menyelesaikan tugas Asuhan Kebidanan 2 dan dapat
membantu para ibu dalam mempersiapkan proses persalinan yang lebih baik.
B. Rumusan
Masalah
Dari latar belakang yang telah
dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai
berikut :
1. Apa
pengertian persalinan?
2. Bagaimana
cara pencegahan banyaknya angka kematian ibu ataupun anak saat proses
persalinan?
3. Langkah-langkah
apa sajakah yang dlakukan agar proses persalinan bias berjalan dengan baik, dan
aman?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam
penyusunan makalah ini, sebagai berikut :
1. Mendukung
ibu, pasangan dan keluarga selama persalinan dan periodenya.
2. Member
reaksi terhadap kebutuhan ibu, pasangan dan keluarga.
3. Mencegah,
mendeteksi dan menangani komplikasi dengan tepat.
4. Mengantisipasi
masalah potensial.
5. Menjelaskan
secara umum mengenai faktor yang
mempengaruhi persalinan.
D. Manfaat
Dalam makalah ini diharapkan adanya
manfaat yang dapat diperoleh, sebagai berikut :
1. Sebagai
bahan bacaan.
2. Merupakan
stimulant bagi mereka yang berminat dalam memepelajari persalinan.
3. Sebagai
sarana belajar bagi pembaca.
4. Sebagai
bahan bacaan khususnya dalam profesi kebidanan.
BAB
II
KERANGKA
TEORI
A. Kerangka
Pikir
1. Pengertian
persalinan menurut beberapa pendapat :
Persalinan merupakan hal yang paling
ditunggu-tunggu oleh para ibu hamil, sebuah waktu yang menyenangkan namun di
sisi lain merupakan hal yang paling mendebarkan.
a. Persalinan adalah proses pengeluaran
hasil komsepsi (janing dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar
kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau
tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (manuaba, 1998).
b. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan
atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan
(Mochtar, 2002).
c. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup di luar uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan normal atau persalinan spontan adalah bila bayi lahir dengan letak belakang kepala tanpa melalui alat-alat atau
pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam
waktu kurang dari 24 jam (Wiknjosastro, 2002).
d. Persalinan
adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin + uri) yang dapat hidup
didunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain (Sinopsis
Obstetri, Rustam Mochtar).
e. Persalinan
adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi servik, lahirnya bayi dan
plasenta dari rahim ibu (APN, 2004).
f.
Persalinan
adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uterus melalui vagina ke dunia luar (Mansjoer, 2000 : 291).
g.
Persalinan
dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun
pada janin (Saifuddin, 2007 : 100).
BAB III
METODOLOGI
A. Jenis Tulisan
Jenis tulisan dalam makalah ini
adalah eksposisi. Dimana penulis berusaha menjelaskan mengenai tahap-tahap kala
persalinan. Selain itu, kajian ini tidak lepas dari literature pada buku-buku
yang ada.
B. Objek Tulisan
Yang menjadi objek tulisan pada
makalah ini adalah persalinan terutama pada tahap-tahapnya. Dalam makalah ini
akan dibahas mengenai tahap-tahap kala persalinan.
C. Teknik Pengumpulan Data
Sebagaimana biasanya dalam
penyusunan suatu makalah, untuk memudahkan penyusunan maka harus didukung oleh
suatu metode atau cara pengumpulan data. Demikian pula dalam penyusunan makalah ini harus didukung oleh suatu metode
atau cara.
Adapun teknik yang digunakan, yakni
sebagai berikut :
1. Mengutip langsung, yakni mengambil
pendapat yang terdapat dalam literature untuk dimasukkan ke dalam makalah yang
dibuat dengan tidak mengubah redaksinya.
2. Mengutip secara tidak langsung,
yakni dengan meringkas data yang terdapat dalam literature kemudian dimasukkan
ke dalam makalah.
BAB IV
PEMBAHASAN
A.
Konsep
Dasar Persalinan
1. Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran
hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di
luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau
tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini di mulai dengan adanya kontrasi
persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara progresif dan
diakhiri dengan kelahiran plasenta.
Kelahiran bayi merupakan pristiwa penting bagi kehidupan
seorang pasien dan keluarganya. Sangat pentng untuk diingat bahwa persalinan
adalah proses yang normal dan merupakan kejadian yang sehat. Namun demikian,
potensi terjadinya komplikasi yang mengancam nyawa selalu ada sehingga bidan
harus mengamati dengan ketat pasien dan bayi sepanjang proses melahirkan.
Dukungan yang terus menerus an penatalaksanaan yang trampil ari bidan dapat
menyumbangkan suatu pengalaman melahirkan yang menyenagkan dengan hasil
persalinan yang sehat dan memuaskan. (APN
Revisi tahun 2010)
2. Sebab-sebab
terjadinya persalinan
Sebab
– sebab terjadinya persalinan masih merupakan teori yang komplek. Perubahan –
perubahan dalam biokimia dan biofisika telah banyak mengungkapkan
mulai dari berlangsungnya partus antara lain penurunan kadar hormon progesteron
dan estrogen. Progesteron merupakan penenang bagi otot – otot uterus.
Menurunnya kadar hormon ini terjadi 1 – 2 minggu sebelum persalinan. Kadar
prostaglandin meningkat menimbulkan kontraksi myometrium. Keadaan uterus yang
membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot – otot uterus yang
mengganggu sirkulasi
uterus plasenta sehingga plasenta berdegenerasi. Tekanan pada ganglion
servikale dari fleksus frankenhauser di belakang serviks menyebabkan uterus
berkontraksi.
3. Mekanisme persalinan
Kepemimpinan,
ada aturan main, ada hukumnya, ada tatakramanya dan ada waktu untuk memimpin,
semua ini disebut kepemimpinan persalinan”Keseluruhan 58 standar dan langkah asuhan
persalinan normal yang mempunyai arti, maksud dan tujuan, dan harus dikuasai
seorang bidan tersebut adalah
v Mendengar dan Melihat Adanya Tanda
Persalinan Kala Dua.
v Memastikan kelengkapan alat
pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin & memasukan alat
suntik sekali pakai 2½ ml ke dalam wadah partus set.
v Memakai celemek plastik.
v Memastikan lengan tidak memakai
perhiasan, mencuci tangan dgn sabun & air mengalir.
v Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan
kanan yg akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.
v Mengambil alat suntik dengan tangan
yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan letakan kembali kedalam wadah
partus set.
v Membersihkan vulva dan perineum
dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke perineum.
v Melakukan pemeriksaan dalam –
pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban sudah pecah.
v Mencelupkan tangan kanan yang
bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam
keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
v Memeriksa denyut jantung janin
setelah kontraksi uterus selesai – pastikan DJJ dalam batas normal (120 – 160
x/menit).
v Memberi tahu ibu pembukaan sudah
lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila
ibu sudah merasa ingin meneran.
v Meminta bantuan keluarga untuk
menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi
setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.
v Melakukan pimpinan meneran saat ibu
mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.
v Menganjurkan ibu untuk berjalan,
berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan
untuk meneran dalam 60 menit.
v Meletakan handuk bersih (untuk
mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan
diameter 5 – 6 cm.
v Meletakan kain bersih yang dilipat
1/3 bagian bawah bokong ibu
v Membuka tutup partus set dan
memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
v Memakai sarung tangan DTT pada kedua
tangan.
v Saat kepala janin terlihat pada
vulva dengan diameter 5 – 6 cm, memasang handuk bersih untuk menderingkan janin
pada perut ibu.
v Memeriksa adanya lilitan tali pusat
pada leher janin
v Menunggu hingga kepala janin selesai
melakukan putaran paksi luar secara spontan.
v Setelah kepala melakukan putaran
paksi luar, pegang secara biparental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran
saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga
bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal
untuk melahirkan bahu belakang.
v Setelah bahu lahir, geser tangan
bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah
bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku
sebelah atas.
v Setelah badan dan lengan lahir,
tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk
memegang tungkai bawah (selipkan ari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut
janin)
v Melakukan penilaian selintas :
Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan? Dan Apakah bayi
bergerak aktif
v Mengeringkan tubuh bayi nulai dari
muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan
verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi
atas perut ibu.
v Memeriksa kembali uterus untuk
memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
v Memberitahu ibu bahwa ia akan
disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi baik.
v Dalam waktu 1 menit setelah bayi
lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian
distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
v Setelah 2 menit pasca persalinan,
jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali
pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari
klem pertama.
v Dengan satu tangan. Pegang tali pusat
yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat
diantara 2 klem tersebut.
v Mengikat tali pusat dengan benang
DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut
dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
v Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain
hangat dan memasang topi di kepala bayi.
v Memindahkan klem pada tali pusat
hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
v Meletakan satu tangan diatas kain
pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain
menegangkan tali pusat.
v Setelah uterus berkontraksi,
menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan kiri menekan
uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah
30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul
kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
v Melakukan penegangan dan dorongan
dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong
menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas,
mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).
v Setelah plasenta tampak pada vulva,
teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan),
pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu
pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.
v Segera setelah plasenta lahir,
melakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara
sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus
baik (fundus teraba keras)
v Periksa bagian maternal dan bagian
fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan
selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik yang
tersedia.
v Evaluasi kemungkinan laserasi pada
vagina dan perineum. Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
v Memastikan uterus berkontraksi
dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
v Membiarkan bayi tetap melakukan
kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
v Setelah satu jam, lakukan
penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan
vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral.
v Setelah satu jam pemberian vitamin
K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral.
v Melanjutkan pemantauan kontraksi dan
mencegah perdarahan pervaginam.
v Mengajarkan ibu/keluarga cara
melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
v Evaluasi dan estimasi jumlah
kehilangan darah.
v Memeriksakan nadi ibu dan keadaan
kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap
30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
v Memeriksa kembali bayi untuk
memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.
v Menempatkan semua peralatan bekas
pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas
peralatan setelah di dekontaminasi.
v Buang bahan-bahan yang
terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
v Membersihkan ibu dengan menggunakan
air DDT. Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai
memakai pakaian bersih dan kering.
v Memastikan ibu merasa nyaman dan
beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin minum.
v Dekontaminasi tempat persalinan
dengan larutan klorin 0,5%.
v Membersihkan sarung tangan di dalam
larutan klorin 0,5% melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
v Mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir.
v Melengkapi partograf.
4. Teori-Teori Mengenai Proses
Terjadinya Persalinan
Penyebab terjadinya persalinan belum
diketahui dengan pasti,sehingga timbul beberapa teori yang menyatakan
kemungkinan proses persalinan. Menurut manuaba (1998), pengertian persalinan
adalahsebagaiberikut.
1. Teori Penurunan Hormon
Beberapa hari sebelum partus terjadi
penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Sehingga otot rahim sensitif
terhadap oksitosin. Penurunan kadar progestron pda tingkat tertentu menyebabkan
otot rahim molai kontraksi.
2. Teori Kerengangan
Otot rahim mempunyai kemampuan
meregang dalam batas tertentu. Apabila batas tersebut telah terlewati, maka
akan terjadi kontraksi, sehingga persalinan dapat dimulai.
3. Teori Plasenta Menjadi Tua
Plasenta yang semmakin tua sering
dengan bertambahnya usia kehamilan akan mmenyebabkan turunya kadar estrogen dan
progesteron, sehingga pembuluh darah mengalami kekejangan dan timbul kontraksi
rahim.
4. Teori Iritasi Mekanik
Di belakan seviks terletak ganglion
servikale/fleksus Fran Kenhauser. Bila ganglion ini digeser dan ditekan atau
tertekan kepada janin, maka akan timbul kontraksi rahim.
5. Teori Oksitosin Interna
Menurutnya kosentrasi progesteron
akibat tuanya kehamilan mengakibatkan aktivitas oksitosin meningkat dan
kontraksi braxton hicks sering terjadi, sehingga persalian dapat dimulai.
6. Teori Prostaglanndin
Prostaglanndinn yang dikeluarkan
oleh decidua konssentrasinya meninggkat sejak usia kehamilan 15 minggu.
Prostaglandin dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan, pemberian
prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot hamil.
Persalinan normal adalah proses
lahirnya janin dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak
melukai ibu dan bayi yang pada umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.
Persalinan normal menurut Farer (2001) adalah persalinan yang memiliki karakteristik berikut ini.
Persalinan normal menurut Farer (2001) adalah persalinan yang memiliki karakteristik berikut ini.
a. Terjadi pada kehamilan aterm, bukan
prmatur atau pun postmrur.
b. Mempunyai onset yang spontan, bukan
karena induksi.
c. Selesai setelah 4 jam dan sebelum 24
jam sejak saat onset, bukan partus presipitatus ataupun partus lama.
d. Janing tunggal dengan presentasi
puncak kepala dan oksiput ada bagian anterior pelvis.
e. Terlaksana tampa bantuan artifial.
f. Tidak terdapatkomplikasi.
g. Mencakup kelahiran plasenta yang
normal.
5. Tanda-tanda Gejala Persalinan
a. Tanda dan gejala permualaan
persalinan menurut mochtar (1994). Sebelum terjdi persalinan yang sebenarnya,
beberapa seminggu sebelum wanita memasuki hari perkiraan kelahiran yang di
sebut kala pendahuluan (preparatori stage of labor) dengan tanda sbb.
1) Lightening atau settling atau
dropping, yaitu kepala
turun memasuki pintu atas panggul..pada primigravida terjadi menjelang minggu
ke-36. Lightenig disebabkan oleh:
· Kontraksi braxton hicks;
· Kontraksi braxton hicks;
·Ketegangan
dinding perut;
·Ketegangan
ligamentum rotumdum;
·Gaya
berat janin.
2) Saat kepala masuk pintu atas
panggul, ibu akan merasakan rasa sesat pada perut bagian atas berkurang dan
pada bagian bawah terasa sesak.
a. Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri turun.
b. Sering miksi atau sulit berkemih.
a. Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri turun.
b. Sering miksi atau sulit berkemih.
c. Sakit
di pinggang dan di perut.
d. Serviks
mulai lembek dan mendatar. Pada multi para gambaran ini kurang jelas, karena
kepala janin baru masuk pintu atas panggul menjelalan persalinan.
e. Terjadinya his permulaan atau his palsu. Sifat dari his palsu adalah :
e. Terjadinya his permulaan atau his palsu. Sifat dari his palsu adalah :
·Rasa
nyeri ringan di bagian bawah;
·Datanya
tidak teratur;
·Durasi
pendek;
·Tidak
bertambah dengan beraktivitas tidak ada perubahan pada serviks.
b. Tanda-tanda
persalinan inpartu adalah sebagai berrikut.
1)
Terjadi
his persalinan, dengan karakteristik:
· Pinggang terasa sakit yang menjalar kedepan ;
· Sifat sakitnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar ;
· Pinggang terasa sakit yang menjalar kedepan ;
· Sifat sakitnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar ;
·Berpengaruh
terhadap perubahaan serviks ;
· Dengan beraktivitas kekuan makin bertambah.
· Dengan beraktivitas kekuan makin bertambah.
2)
Pengeluaran
lendir bercampur darah.
3)
Kadang-kadang
ketuban pecah dengan sendirinya.
4)
Hasil
pemeriksaan dalam (PD)
menunjukan terjadinya perlunakan, pendaratan, dan pembukaan serviks.
Karakteristik kontraksi uterus atau his yang perlu diperhatikan adalah:
kekuatan kontraksi/intensitas, frekuensi, dan durasi. Tiap kontraksi uterus
tediri atas tiga fase sebagai berikut.
· Incement, yaitu ketikabintensitas atau kekuatan kontraksi terbentuk.
· Incement, yaitu ketikabintensitas atau kekuatan kontraksi terbentuk.
·Aceme,
yaitu puncak maksimum dari kontraksi.
· Decrement, yaitu ketika otot uterus mulai kontraksi.
· Decrement, yaitu ketika otot uterus mulai kontraksi.
6. Sebab-sebab Mulainya Persalinan
Beberapa teori yang dikemukakan
ialah:
•
Penurunan Kadar Progesteron
Proses
penurunan fungsi plasenta terjadi mulai usia kehamilan 28 minggu, dimana
terjadinya penimbunan jaringan ikat sehingga pembuluh darah mengalami
penyempitan dan buntu. Produksi progesteron menurun sehingga otot rahim menjadi
sensitif terhadap oksitosin.
• Teori
Oxytocin
Oksitosin
dikeluarkan oleh kelenjar hipofise posterior. Perubahan hormon estrogen dan
progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim sehingga terjadi his
•Keregangan
Otot- Otot
Otot rahim
mempunyai kemampuan untuk merenggang dalam batas tertentu, setelah melewati
batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.
• Pengaruh
Janin
Kehamilan
dengan Aensephalus sering terjadi keterlambatan persalinan karena tidak
terbentuk hipotalamus (Teori ini dikemukakan oleh Linggin 1973). Dari berbagai
percobaan maka dapat disimpulkan ada hubungan antara hipotalamus-pituitari
dengan mulainya persalinan.
• Teori
Prostaglandin
Prostaglandin
meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu. Prostaglandin dihasilkan oleh
desidua, dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi di
keluarkan. Pemberian oksitosin pada kehamilan dapat menimbulkan his
B. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
1. Passage (Jalan Lahir)
Tulang
panggul terdiri dari :
Tulang panggul dibentuk oleh
gabungan illium, iskium, pubis, dan tulang- tulang sacrum. Terdapat empat sendi
panggul, yaitu simfisis pubis, sendi sakroiliaka kiri dan kanan dan
sakrokoksiges.
Tulang panggul dipisahkan oleh pintu
atas panggul menjadi dua bagian: panggul palsu dan panggul sejati. Panggul
palsu adalah bagian diatas pintu atas panggul dan tidak berkaitan dengan
persalinan. Panggul sejati di bagi menjadi tiga bidang: pintu atas atau
permukaan atas, panggul tengah atau rongga panggul, dan pintu bawah panggul.
Bagian anterior pintu atas panggul
yakni batas atas panggul dibentuk oleh tepi atas tulang pubis; bagian
lateralnya dibentuk oleh dibentuk oleh linea illiopektinea, yakni sepanjang
jalan inominata dan bagian posteriornya dibentuk oleh bagian anterior tepi atas
sakrum dan promontorium sakrum.
Rongga panggul tengah merupakan saluran lengkung yang memiliki dinding anterior pendek dan dinding posterior yang jauh lebih cembung dan panjang. Rongga panggul melekat pada bagian posterior simfisis pubis, iscium sebagian illium sakrum, dan koksigum.
Rongga panggul tengah merupakan saluran lengkung yang memiliki dinding anterior pendek dan dinding posterior yang jauh lebih cembung dan panjang. Rongga panggul melekat pada bagian posterior simfisis pubis, iscium sebagian illium sakrum, dan koksigum.
Pintu bawah panggul adalah batas
bawah panggul sejati, dilihat dari bawah
berbentuk lonjong, dibagian anterior dibatasi lengkung pubis, dibagian lateral
oleh tuberositas iskium,dan dibagian posterior oleh ujung koksigum, pada
kehamilan tahap akhir, koksigem dapat bergerak (kecuali jika struktur itu
patah, misalnya akibat jatuh dan telah menyatu dengan sakrum ketika sedang
penyembuhan.
Pada ketinggian yang berbeda, bentuk dan saluran ukuran panggul juga berbeda, diameter bidang pintu atas, panggul tengah, pintu bawah dan sumbu jalan lahir menentukan mungkin tidaknya persalinan pervaginam berlangsung dan bagai mana janin dapat menuruni jalan lahir (pergerakan kardinal mekanisme persalinan).
Pada ketinggian yang berbeda, bentuk dan saluran ukuran panggul juga berbeda, diameter bidang pintu atas, panggul tengah, pintu bawah dan sumbu jalan lahir menentukan mungkin tidaknya persalinan pervaginam berlangsung dan bagai mana janin dapat menuruni jalan lahir (pergerakan kardinal mekanisme persalinan).
Empat jenis panggul dasar
dikelompokan sebagai berikut::
1. ginekoid (tiple wanita klasik)
1. ginekoid (tiple wanita klasik)
2. android (mirip panggul pria)
3. antropoid (mirip panggul kera)
4. platipeloid (panggul pipih)
Panggul ginekoid adalah bentuk yang paling yang paling sering ditemui, bentuk panggul ginekoid dimiliki oleh 50 % wanita.
Bidang-Bidang Hodge :
Hodge I : Setinggi Promontorium ke
Pinggir Atas Simfisis Pubis
Hodge II : Sejajar Hodge I setinggi Pinggir Bawah Simfisis Pubis
Hodge III : Sejajar Hodge I dan II setinggi Spina Isisadika
Hodge IV : Sejajar Hodge I, II dan III setinggi Ujung Os Cocygis
1. Ukuran Panggul
Hodge II : Sejajar Hodge I setinggi Pinggir Bawah Simfisis Pubis
Hodge III : Sejajar Hodge I dan II setinggi Spina Isisadika
Hodge IV : Sejajar Hodge I, II dan III setinggi Ujung Os Cocygis
1. Ukuran Panggul
1.1. Pintu atas panggul
Dari ukuran- ukuran p a p conjungata
vera adalah ukuran yang terpenting dan satu- satunya ukuran yang dapat di ukur
dengan mengurangi conjungata diagonalis dengan 1,5 – 2 cm, tergantung dari
lebar dan inklinasinya symphysis
1.2. Bidang Tengah Panggul
1.2. Bidang Tengah Panggul
ukuran- ukuran bidang tengah panggul
tak dapat diukur secara klinis dan memerlukan rontgenologis
1.3. Pintu Bawah Panggul
Perhatikan bentuk arcus pubis
hendaknya merupakan sudut yang tumpul.
2. Otot Dasar Panggul
2. Otot Dasar Panggul
1. Permukaan belakang panggul
dihubungkan oleh jaringan ikat antara os sakrum da illium disebut ligamentum
sakro illiaca posterior dan bagian depan disebut ligamentum sacr illiaca
anterior
2. Ligamentum yang menghubungkan
anatara os sacrum dan spina ischium disebut ligamentum sacro spinosum
3. Ligementum antara os sacrum dan os
tuber isciadicum dinamakan ligamentum sacr tuberosum
4. Dasar panggul/ diafragma pelvis
terdiri dari bagian otot disebut musculus levator ani
5. Bagian membran disebut diafragma
urogenital
6. Musculus levator ani menyelubungi
rektum terdiri dari musculus pubo coccygeus, musculus illiococcygeus dan
musculus ischio coccygeus.
7. Direngah musculus pubococcygeus
kanan dan kiri ada hiatus urogenitalis merupakan celah segitiga.
8. Hiatus dibatasi sekat yang
menyelubungi pintu bawah panggul sebelah depan. Pada wanita sekat ini merupakan
tempat keluarnya uretra dari vagina.
9. Fungsi diafragma pelvis adalah
menjaga agar genetalia interna tetap pada tempatnya. Jika menurun fungsinya
maka akan terjadi prolaps.
3. Pasesenger (Janin Dan Plasenta)
3. Pasesenger (Janin Dan Plasenta)
1. Janin
Janin bergerak disepanjang jalan
lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor: yakni : ukuran kepala janin,
presentasi, letak, sikap, dan posisi janin.
a. Ukuran Kepala Janin
Ukuran Diameter
v Diameter Sub Occipito Bregmatika 9,5
cm
v Diameter Occipitofrontalis Frontalis
± 12
v Diameter Mento Occipito ± 13,5 cm
v Diameter Submento Bregmatika ± 9,5 cm
v Diameter Biparietal ± 9,5 cm
v Diameter Bitemporalis ± 8 cm
v Ukuran Cirkumferensia
v Cirkumferensia Fronto Occipitalis ± 34 cm
v Cirkumferensia Mento Occipitalis ± 35 cm
v Cirkumferensia Sub Occipitalis
Bregmatika ± 32 cm
b. Ukuran
Badan Janin
v Bahu
Jarak
antara kedua akromion ± 12 cm
Lingkaran Bahu ± 34 cm
v Bokong
Lebar bokong (diameter intertrokanterika) ± 12 cm
Lebar bokong (diameter intertrokanterika) ± 12 cm
v Lingkaran Bokong ± 27 cm
c. Presentasi Janin
Presentasi adalah bagian janin yang
pertama kali memasuki pintu atas panggul dan terus melalui jalan lahir saat
persalinan mencapai aterm.
Tiga presentasi janin yang utama
ialah : kepala (96 %); Sungsang (3%); Bahu (1%).
Bagian Presentasi ialah bagian tubuh
janin yang pertama kali teraba oleh jari pemeriksa saat melakukan pemeriksaan
dalam. Faktor- faktor yang mempengaruhi bagian presentasi ialah letak janin,
sikap janin, dan ekstensi atau fleksi kepala janin
d. Letak Janin
Letak adalah hubungan antara sumbu
panjang (punggung) janin terhadap sumbu panjang (punggung) ibu.
Ada dua macam letak :
v Memanjang atau vertikal, dimana
sumbu panjang janin paralel dengan sumbu panjang ibu
v Melintang atau horisontal, dimana
sumbu panjang janin membentuk sudut terhadap sumbu panjang ibu.
Letak
memanjang dapat berupa presentasi kepalan atau presentasi sacrum
e. Sikap Janin
Sikap adalah hubungan bagian tubuh
janin yang satu dengan bagian yang lain. Hal ini akibat penyesuaian janin terhadap
bentuk rongga rahim. Pada kondisi normal punggung janin sangat fleksi ke arah
dada, dan paha fleksi kearah sendi lutut disebut fleksi umum. Tangan disilang
di depan toraks dan tali pusat terletak diantara lengan dan tungkai.
Penyimpangan sikap normal dapat menimbulkan kesulitan saat kelahiran
Diameter biparietal ialah diameter
lintang terbesar kepala janin. Kepala dalam sikap pleksi sempurna memungkinkan
diameter sukoksipitobregmatika (diameter terkecil) memasuki panggul sejati
dengan mudah
f. Posisi Janin
Posisi ialah hubungan antara bagian
presentasi (oksiput, sakrum, mentum(dagu) sinsiput, (puncak kepala yang
defleksi/ menengadah) terhadap 4 kuadran panggul ibu. Posisi dinyatakan dengan
singkatan yang terdiri dari hurup pertama masing- masing kata kunci; OAKa =
posisi Oksipitoanterior kanan.
Engagement menunjukan bahwa diameter
tranversa terbesar bagian presentasi telah memasuki pintu atas panggul. Pada
presentasi kepala fleksi dengan benar diameter bivarietal (9,25 cm) merupakam
diameter terlebar.
Engagement dapat diketahui melalui
pemeriksaan abdoment atau pemeriksaan dalam.
Stasiun adalah hubungan antara
bagian presentasi janin dengan garis imajiner (bayangan) yang ditarik dari
spina iskiadika ibu, statiun dinyatakan dalam centimeter, yakni diatas atau
dibawah spina.
2. Plasenta
Karena plasenta juga harus melalui
jalan lahir, ia juga dianggap sebagai penumpang yang menyertai janin. Namun
plasenta jarang menghambat proses persalinan pada persalinan normal.
3. Air Ketuban
3. Air Ketuban
Waktu persalinan air ketuban membuka
servik dengan mendorong selaput janin kedalam ostium uteri, bagian selaput anak
yang diatas ostium uteri yang menonjol waktu his disebut ketuban. Ketuban
inilah yang membuka serviks
2. Power (Kekuatan)
Kontraksi involunter dan volunter
secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan vlasenta dari uterus. Kontraksi
involunter disebut kekuatan primer, menandai dimulainya persalinan. Apabila
servik berdilatasi usaha volunter dimulai untuk mendorong, yang disebut
kekuatan sekunder, yang memperbesar kekuatan kontraksi involunter
1. His/ Kekuatan Primer
His atau kekuatan primer berasal
dari titik pemicu tertentu terdapat pada penrbalan lapisan otot disegmen uterus
bagian atas, dari titik pemicu, kontraksi dihantar keuterus bagian bawah dalam
bentuk gelombang, diselingi periode istirahat singkat. Digunakan untuk
menggambar kontraksi involunter ini frekuensi (waktu antar kontraksi yaitu
waktu antara awal suatu kontraksi dan awal kontraksi berikutnya); durasi (lama
kontraksiL); dan intensitas (kekuatan kontraksi). Kekuatan primer membuat
serviks menipis (effacement) dan berdilatasi dan janin turun.penifisan serviks
adalah pemendekan dan penipisan serviks selama tahap pertama persalinan pada
kehamilan aterem pertama, effacement biasanya terjadi lebih dahulu dari pada
dilatasi, pada kehamilan berikutnya, effacement dan dilatasi cenderung terjadi
bersamaan dilatasi serviks adalah pembesaran muara dan saluran serviks, yang
terjadi pada awal persalinan. Diameter meningkat dari 1cm sampai dilatasi
lengkap (10cm) supaya janin aterm dapat dilahirkan.apabila dilatasi serviks
lengkap , servik tidak dapat lagi diraba menandakan akhir tahap pertama
persalinan.
Dilatasi serviks terjadi karena
komponen muskulofibrosa tertarik dari serviks ke arah atas, akibat kontraksi
uterus yang kuat,tekanan yang ditimbulkan cairan amnion selama ketuban utuh
atau kekuatan yang timbul akibat tekanan bagian presentasi juga membuat serviks
berdilatasi, jaringan serviks akibat infeksi atau pembedahan dapat menghambat
dilatasi serviks.
2. Tenaga Mengejan (Kekuatan Sekinder)
Segera setelah bagian presentasi
mencapai dasar panggul, sifat kontraksi berubah, yakni bersifat mendorong
keluar. Ibu ingin mengedan , Usaha mendorong kebawah (kekuatan sekunder)
dibantu dengan usaha volunter yang sama dengan yang dilakukan saat buang air
besar (mengedan). Digunakan otot- otot diafragma dan abdomen ibu berkontraksi
dan mendorong keluar isi jalan lahir. Hal ini menghasilkan menigkatkan tekanan
intraabdomen. Tekanan ini menekan uterus pada semua sisi dan menambah kekuatan
untuk mendorong keluar.
Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi
dilatasi serviks, tetapi setelah lengkap, kekuatan ini cukup penting untuk
mendorong bayi keluar dari uterus dan vagina. Apabila dalam persalinan ibu
melakukan usaha volunter(mengedan) terlalu dini, dilatasi serviks alkan
terhambat. Mengedan akan melelahkan ibu dan menimbulkan trauma serviks.
C. Asuhan Persalinan Kala I, II, III,
dan IV
1. Kala I
(kala Pembukaan)
Permulaan persalinan ditandai dengan
keluarnya lendir bercampur darah karena serviks mulai mendatar dan membuka.
Kala pembuka dibagi menjadi du fase (mochtar, 1994).
a. Fase laten: pembukaan serviks
berlangsung lambbat, sampai pembukaan 3 cm yang berlangsung dalam tujuh sampai
delapan jam.
b. Fase aktif: berlangsung selanma enam
jam yang dibagi atas tiga subvase, antara lain.
v periode akselerasi, pembukaan
menjadi 4 cm yang berllangsung selam dua jam.
v periode dilatasi maksimal, yaitu
dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 9 cm.
v periode deselerasi, yaitu pembukaan
berlansung llambat kembali dalam waktu dua jam pembukaan dari 9 cm mencapai
lengkap 10 cm. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung selama 12 jam
sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Bardasarkan kurva Friedman diperhitungkan
pembukaan primigravida adalah 1 cm tiap jam dan untuk multigravida 2 cm tiap
jam. Dengan perhitungan tersebut, maka waktu pembuaan lengkkap dapat
diperkirakan.
2. Kala II (kala Pengeluaran)
Menurut mochtar (1994), pada kala
pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, interval 2-3 menit dengan durasi 50
sampai 100 detik. Pada akhir kala I ketuban akan pecah disertai pengeluaran
cairan mendada, kepala janin turun masuk ruang panggul, sehingga terjadi
tekanan pada otot dasar panggul yang akan menimbulkan keinginan untuk mengejan.
Oleh karena tertekannya fleksus Franken Hauser, ibu merasa seperti ingin buang
air besar karena adanya tekanan pada rektum. Tanda-tanda kala II (Farrer, 2001)
antara lain:
a. pemeriksaan vaginal serviks sudah
dilatasi penuh.
b. Selaput amnion biasanya sudah pecah.
c. His atau kontraksi uterus yang
berlangsung panjang kuat, dan tidak begitu sering bukan 2-3 menit lagi,
melainkan sekitar 3-5 menit sekali.
d. Mungkin terdapat tetesan darah dari
vagina.
e. Ibu mengalami desakan kuat untuk
mengejan.
f. Sfingter ani terlihat berlilatasi.
g. Perineum tampak menonjol.
3. Kala III (Pelepasan Uri)
Setelah kala II, kontraksi uterus
berhenti sekitar 5 sampai 10 menit. Lepasnya plasenta secara Schultze yang
biasanya tidak ada perarahan sebelum plasenta lahir dan banyak mengeluarkan
darah setelah plasenta lahir. Sedangkan pengeluaran plasenta cara Duncan yaitu
plasenta lepas dari pinggir, biasanya darah mengalir keluar antara selaput
ketuan (Mochtar 1994). Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan
memerhatikan tanda-tanda:
a. uterus menjadi bundar;
b. fundus uterus mengalami kontraksi
kuat;
c. uterus terdorong ke atas karena plasenta lepass ke segmen
bawah rahim;
d. tali pusat bertambah panjang;
e. terjadi perdarah
4. Kala IV (Observasi)
Kala IV dimaksudkan untuk observasi
pendarahan postpartun. Paling sering terjadi pendarhan pad dua jam pertama, yang
perlu diobservasi adalah:
a. Tingkat kesadaran;
b. Tanda tanda vital;
c. Kontrasi uterus;
d. Terjadinya pendarahan pendarahan dikatakan normal jika
jumlahnya tidak lebih dari 500 ml.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah
diuraikan pada bab sebelumnya, maka kami dapat menyimpulkan tentang materi yang
dibahas, sebagai berikut :
1. Persalinan
adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan
lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini di mulai
dengan adanya kontrasi persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan
serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta.
2. Dalam melakukan pencegahan banyaknya
angka kematian ibu ataupun anak saat proses persalinan, perlu dilakukan asuhan
persalinan kala I, II, III, dan IV sebagai berikut :
a. Kala
I, tahap pembukaanin partu (partus mulai) ditandai dengan lendir bercampur
darah, karena serviks mulai membuka dan mendatar.
b. Kala
II , pada kala pengeluaran janin, rasa mulas terkordinir, kuat, cepat dan lebih
lama, kira-kira 2-3 menit sekali.
c. Kala
III, pada kala ini terjadi pengeluaran plasenta setelah pengeluaran janin.
d. Kala
IV, tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap bahaya perdarahan.
Pengawasan ini dilakukan selam kurang lebih dua jam.
B. Saran
Selain
menarik kesimpulan di atas, kami juga memeberikan saran sebagai berikut :
1. Adanya
makalah ini diharapkan pembaca agar mempelajari isi dari makalah tersebut.
2. Agar
lebih meningkatkan wawasan dan pengetahuan mengenai asuhan persalinan yang
terbagi atas empat kala.
3. Sebaiknya
pembaca mencari buku ataupun mencari di internet mengenai asuhan persalinan
agar lebih memehami asuhan persalinan.
DAFTAR PUSTAKA
Aa-aamas. 2011. Online. http://aa-aamas.blogspot.com/2011/03/makalah-asuhan- persalinan.html. Akses 12 11 2012.
Anakamak. 2010. Online. http://anakamak07.blogspot.com/2010/07/bab-i-pendahuluan-i.html. Akses 21 11 2012.
Bencoolen, Rafless. 2011. Online. http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/2011/04/asuhan-persalinan-kala-iv.html.
Akses 21 11 2012.
Midwifery, Lheys. 2011. Online. http://lheyzuthary.blogspot.com/2011/04/asuhan-persalinan-kala-iii.html.
Akses 12 11 2012.
Reza Muhamad
Pahlevi. 2012. Online. http://muhamadrezapahlevi.blogspot.com/2012/05/konsep-dasar-persalinan.html. Akses 21 11 2012.
Langganan:
Postingan (Atom)